SIRENE panjang meraung tepat pukul 17.56 WITA, memecah keheningan pelabuhan Bajoe, Kabupaten Bone, yang lembap dan sendu, Sabtu (10/5/2025).

Di atas geladak KMP Mandala Nusantara, para penumpang menoleh ke arah suara, pertanda kapal akan segera berlayar menuju Kolaka, menyeberangi laut yang mulai gelap, diselimuti mendung dan rintik gerimis.

Tak ada cahaya keemasan dari matahari tenggelam sore itu. Langit seperti sepakat menutup tirai lebih awal, menggantung awan abu-abu pekat di atas lautan.

Baca Juga:  Jelang Lebaran, Tukang Permak Pakaian di Bone Banjir Orderan

Angin laut membawa aroma garam dan kabut tipis, sesekali menggoyangkan jaket para penumpang yang berdiri di pinggir kapal, melambaikan tangan terakhir kepada daratan Sulawesi Selatan.

Di dek penumpang, suasana bercampur antara antisipasi dan keheningan. Anak-anak mendekap erat gendongan ibunya, sementara pedagang asongan yang sempat naik cepat-cepat turun setelah menjual kudapan terakhir.

Klakson kendaraan dari perut kapal menggema samar, tertahan oleh suara mesin yang mulai menggelegar pelan.

Gerimis turun ragu-ragu, seperti belum yakin akan menjadi hujan sungguhan. Tapi lantai kapal sudah mulai basah, membuat suara langkah kaki terdengar lirih.

Baca Juga:  Saat Berlayar, Penumpang Kapal Feri Jatuh ke Laut Perairan Bajoe

Di kejauhan, laut tampak tenang namun kelabu, menyatu dengan cakrawala yang buram.

Ini bukan pelayaran yang riuh dengan cahaya senja, melainkan sebuah perjalanan yang lirih namun khidmat. KMP Mandala Nusantara, dengan tubuh besarnya, membelah laut malam yang dingin dan berkabut, membawa harapan ratusan penumpang menuju Sulawesi Tenggara.

Dalam diam, masing-masing memendam cerita, dengan laut mendung sebagai saksi bisu. (**)