BONE, TEROBOS.ID – Sehari menjelang hari Raya Idul Adha, sejumlah warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, mulai berburu makanan tradisional seperti buras, dan langka’ (makanan lebaran khas Bugis).
Pasalnya, buras dan langka’ tersebut kerap dijadikan sebagai kudapan ‘wajib’ suku Bugis saat lebaran Idul Adha maupun Idul Fitri.
Muhammad Tang, salah satu penjual buras dan langka’ yang ditemui di Jl Mangga, Kelurahan Macege, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Bone, Sabtu (9/7/22) pagi, mengaku jika momen seperti ini buras dan langka’ sangat laris, meski harganya agak mahal dibandingkan hari sebelumnya.
“Momen seperti ini jualan kami sangat laris dibanding hari sebelumnya. Bahkan ada pembeli yang tidak dapat karena kehabisan stok,” kata Hammatang, sapaan akrab Muhammad Tang, kepada Terobos.id
Pria yang memiliki empat orang istri tersebut menuturkan, jika momen seperti ini ia menjual buras dengan harga Rp2.000 hingga Rp2.500 per-ikat, tergantung ukuran.
“Harga buras sebelumnya dijual Rp1000 per-ikat. Untuk langka’ dijual 3 buah seharga Rp20.000. Sebelumnya, 4 buah dengan Rp20.000 atau 5.000 perbuah,” jelasnya.
Meski harganya mahal dibanding hari sebelumnya, Hammatang mengaku jika omset serta keuntungannya meningkat tiga kali lipat.
Sania, istri Hammatang yang turut menggelar lapak buras dan langka’ secara terpisah dari suaminya, mengaku diserbu pembeli.
“Saya juga menjual buras dan langka’ secara terpisah dari bapaknya. Alhamdulillah, pembeli sangat ramai dan laris terjual,” kata Sania.
Banyak pembeli yang menyerbu penjual buras dan langka’, karena rata-rata mereka tidak mau repot dengan membuat sendiri di rumah, apa lagi tinggal sehari perayaan Idul Adha digelar.
Makanan tradisional khas Bugis, terutama buras menjadi hidangan yang paling banyak dijumpai di setiap rumah masyarakat saat bersilaturahmi.
Tak hanya karena rasanya yang enak sehingga membuat buras digemari, tetapi juga karena buras dianggap sebagai makanan pengganti nasi putih di saat lebaran Idul Adha maupun Idul Fitri. (Icuk Sugiarto)
Tim Redaksi