TEROBOS.IDKetua DPD Lembaga Investigasi Negara (LIN) Sulawesi Tenggara, Adyansyah, menyoroti perilaku para pejabat publik, termasuk dan Ketua DPRD Sultra setelah menghambur- di acara HUT ke-15 Utara (Butur).

Beredarnya sebuah video di media sosial, terlihat jelas Gubernur Sulawesi Tenggara H. dan Ketua Abdurahman Saleh, serta Bupati Butur sedang joget-joget sambil hamburkan uang di kerumunan warga.

Video berdurasi 1 menit 36 detik itu pun ramai di media sosial dan menjadi , bahkan menjadi pesan berantai di grup-grup WhatsApp. Video itu memperlihatkan sejumlah pejabat berada di panggung utama HUT Kabupaten . Saat itu, Abdurrahman Shaleh sedang menyanyikan lagu ‘Bento’ milik Iwan Fals.

Adyansyah menyebutkan, hal tersebut tak sepatutnya dicontohkan oleh pejabat publik, apa lagi selevel Gubernur dan Ketua DPRD.

“Kita semua tau bahwa dua tahun terakhir Indonesia dilanda bencana dan hal itu dialami oleh rakyat Sultra, kenapa hari ini rakyat Sultra disajikan dengan cara tak sepantasnya seperti itu oleh pejabat publik, kata Adyansyah, Minggu (3/7/2022).

Adyansyah berharap hal serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari. Pejabat publik, kata dia, harus lebih pada penyadaran diri, jangan karena banyak uang kemudian menampakkan perilaku tak sepantasnya di hadapan rakyat.

Baca Juga:  Wagub Siap Hadiri Pelantikan Pengurus DPW MOI Sulawesi Tenggara

“Sadar dong pak, rakyat butuh Anda saat ini. Rakyat ingin Anda hadir membawa solusi perbaikan , bukan video tak bermartabat seperti itu yang disajikan,” tegas Adyansyah dengan rasa kecewa.

Oleh karena itu, ia berharap kepada agar segera memberikan teguran keras pada Gubernur Sultra.

“Saya minta kepada Joko Widodo agar segera memberikan teguran kepada Gubernur Sultra dan pejabat lainnya, karena hal tersebut tidak mencerminkan perilaku yang baik dihadapan rakyat,” kata Adyansyah.

“Saya minta pihak terkait segera periksa Gubernur Sultra, Ketua DPRD Sultra dan Bupati Butur dengan dugaan sumber uang yang dihambur-hamburkan itu dari mana,” pungkasnya.

Sultra: Bagian dari Tradisi

Sementara itu, Kepala Dinas , Ridwan Badallah, melalui siaran persnya menyebutkan, kegiatan saweran yang dilakukan Gubernur Ali Mazi bersama sejumlah pejabat lainnya kepada masyarakat setempat merupakan bagian dari tradisi masyarakat Indonesia, termasuk di kawasan Indonesia timur, yang lebih spesifik lagi, Provinsi Sulawesi Tenggara.

“Kita di Indonesia memberi uang sebagai hadiah sudah lumrah dalam sebuah perayaan, seperti Idulfitri, Imlek, perayaan pernikahan, kegiatan melayat, termasuk berbagai kegiatan tradisi lainnya. Kalau perayaan hari raya kita kenal sebagai istilah THR atau tunjangan hari raya. Kalau imlek dikenal istilah angpao. Dalam sebuah di daerah Jawa dikenal dengan istilah nyawer sedangkan di daerah Buton dikenal dengan istilah Pasali,” kata Ridwan Badallah.

Baca Juga:  Satlantas Polres Kendari Amankan 15 Unit Motor Pebalap Liar

Pasali inilah, lanjut dia, yang dilakukan oleh Gubernur Sultra kepada masyarakatnya sebagai wujud kegembiraan dan harapan nasib baik bagi penerimanya maupun yang memberi.

Tradisi tersebut kata Ridwan, sekaligus sebagai wujud syukur dan bahagia atas momen yang digelar saat itu, yang kala itu kebetulan berada dalam momen acara gala dinner peringatan HUT Butur.

“Yang dilakukan Gubernur adalah tradisi masyarakat Indonesia dalam meluapkan kegembiraan pimpinan terhadap masyarakatnya dalam suatu perayaan HUT, sekaligus ungkapan rasa syukur dan terimakasih atas kehadiran mereka di acara tersebut dan bisa merasakan kegembiraan bersama masyarakat setempat,” katanya.

Ridwan mencontohkan, kegiatan nyawer atau Pasali yang dilakukan oleh orang nomor satu di Indonesia, yang tidak lain adalah Presiden RI Joko Widodo, dengan mengganti pemberian tersebut dari bentuk uang ke pakaian seperti baju kaos kepada masyarakat. Bahkan tidak tanggung-tanggung Presiden langsung memakaikan kepada masyarakat terpilih.

Baca Juga:  Tolak Penutupan Pelabuhan Tambang, Pendemo Minta Dandim Konut Dicopot

Menurutnya, ini dilakukan Presiden hampir setiap kali berkunjung ke daerah-daerah, sebagai bentuk kegembiraan Presiden karena bisa datang ke daerah tersebut dan bertemu masyarakat yang juga menyambutnya ataupun menghadiri kunjungan.

“Jadi inilah salah satu budaya kita, yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Budaya suatu daerah tentu mempunyai ciri khas yang membedakan dengan daerah lainnya atau bahkan terkadang hampir sama namun penyebutan untuk tradisi tersebut yang berbeda. Seperti nyawer dan Pasali tadi, tidak lain dilakukan sebagai wujud rasa bahagia, syukur, dan saling berbagi rejeki, tanpa ada batasan nilai yang diberikan kepada masyarakat,” jelasnya.

Olehnya itu, Ridwan meminta kepada semua pihak tanpa terkecuali untuk bijak dalam menanggapi video yang sengaja dibagikan secara berulang-ulang tersebut, karena bisa menimbulkan keengganan pejabat atau pihak-pihak lainnya, yang ingin meluapkan kebahagiaan dan rasa syukur dengan berbagi kepada masyarakatnya dalam sebuah peringatan atau pesta bersama rakyat.

“Jadi kami berharap kepada semua pihak, untuk bijak dalam menanggapi video tersebut. Positiflah dalam memandang video tersebut, sebab Pak Gubernur bisa mengajak pejabat lainnya melakukan hal yang sama dalam memberikan rasa gembira kepada masyarakatnya,” kata Ridwan. (***)